1. Pengertian
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
2. Faktor
Pembentuk Tanah
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif)
3. Proses
Pembentukan Tanah
a. Proses disintegrasi, yaitu pelapukan batuan
dari yang berukuran besar menjadi kecil-kecil sampai pada bentuk yang sangat
lembut. Proses ini dapat terjadi karena:
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
b. Proses kimia, yaitu
perubahan komposisi mineral pada batuan ataupun bahan organik sehingga terjadi
komposisi baru (dekomposisi), seperti proses :
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
|
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
![*](file:///C:\Users\LIUS\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.gif)
4. Bahan Penyusun
Utama
- Jika tanah bongkah dipecah, maka akan tersusun bahan padatan (pasir, debu dan liat), bahan organik, air dan udara yang menempati ruang pori
- Bahan padatan yang terdiri dari butir-butir pasir, debu dan liat secara kompak membentuk bongkahan atau agregat. Agregat tanah ini terbentuk karena adanya saling terikat secara adetif antarbutiran liat ataupun oleh koloid.
- Komponen yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah 15% bahan mineral, 5% bahan organik, 25% air, dan 25% udara yang terletak pada lapisan olah sedalam 0 – 0 cm dan bertekstur lempung berdebu.
5. Sifat Tanah
- Tekstur, yaitu perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat dalam suatu massa tanah. Pasir berukuran Ø 0.2 – 2 mm; debu berukuran Ø 0.002 – 0.2 mm dan liat berukuran Ø < 0.002 mm. Perbandingan dinyatakan dalam %.
- Struktur, yaitu susunan butiran tanah dalam suatu agregat yang dibatasi oleh batas alami dan dalam agregat terdapat pori-pori (mikro dan makro) yang dapat diisi oleh udara atau air. Bentuk-bentuk struktur tanah antara lain lempeng : agregat yang mempunyai ukuran horizontal lebih panjang dari pada vertikalnya, tiang : ukuran agregat vertikal lebih panjang dari pada horizontalnya , gumpal : ukuran agregat vertikal sama dengan horizontalnya, remah : berbentuk butir-butir tanah saling mengikat seperti irisan roti, granuler : berbentuk butir lepas-lepas tetapi bukan butiran tunggal. Agregat : kumpulan dari struktur tanah/ beberapa butiran tanah.
- Warna,merupakan sifat morfologi yang mudah dilihat. Warna tanah tersusun dari hue yaitu warna-warna dasar yang terdiridari warna merah (red), kuning (yellow) dan kombinasi kuning dan merah (YR); value yaitu tingkat atau drajad kegelapan warna antara hitam mutlak (0) dan putih mutlak (10); chroma; yaitu identitas warna mulai dari angka 0 sampai 12. warna tanah diketahui setelah membandingkan atau metching antara tanah dengan buku ”munsell soil color chart”. Contoh 10 YR 5/3 = coklat (brown), 10 YR 5/8 = coklat kekuningan (yellowish brown)
- Konsistensi, yaitu kondisi (respon) tanah jika diberikan tekanan-tekanan mekanik dalam keadaan kering, lembab dan basah. Dalam keadaan basah dapat dirasakan kelekatannya dan plastisitasnya. Dalam keadaan lembab dapat diketahui responnya mulai dari lepas sampai dengan sangat teguh sekali. Dalam keadaan kering dapat diketahui responnya mulai dari lepas sampai sangat keras sekali.
- Porositas, yaitu jumlah ruang pori total dalam suatu massa tanah dinyatakan dalam %. Tanah yang banyak mengandung liat porositasnya lebih besar dari pada tanah yang banyak mengandung pasir. Tanah porous (sarang) tidak sama dengan tanah tanah yang mempunyai porositas besar, tanah porous adalah tanah yang didominir oleh pori-pori makro seperti pasir.
- Permeabilitas, yaitu kecepatan bergerakanya suatu cairan pada suatu media berpori dalam kondisi jenuh dinyatakan dalam Cm/jam, mulai dari sangat lambat <0.125 Cm/jam sampai sangat cepat >25 Cm/jam.
6. Sifat Kimia Tanah
a. pH, yaitu keadaan keasaman tanah, pH
dinyatakan dengan angka mulai dari 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa), pH
netral -7, tanah asam banyak mengandung ion H+ sedangkan tanha bas bila banyak mengandung ion OH.
b. Mineral liat, liat ini berukuran <2π terbentuk karena rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan
mineral primer dan karena alterasi (perubahan) langsung dari mineral primer yang
telah ada. Mineral liat dalam tanah dapat dibedakan :
1) mineral liat Al-silikat
2) oksida-oksida Fe dan Al
3) mineral-mineral primer
c. Koloid, yaitu bahan mioneral dan bahan
organik tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat
tinggi persatuan massa. Liat merupakan koloid anorganik sedangkan humus
merupakan koloid organik. Koloid berukuran <1π sehingga tidak semua fraksi liat termasuk
koloid. Koloid merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi-reaksi
fisokimia di dalam tanah. Partikel koloid yang sangat halus atau micell
(micro cell) umumnya bermuatan negatif, sehingga ion yang bermuatan positif
(kation) tertarik pada koloid tersebut.
d. Kapasitas
tukar kation, kation seperti Ca++, Mg++, K+,
Na+, dan sebagainya merupakan larutan di dalam tanah atau yang
dijerap oleh koloi tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat
dijerap oleh tanah par satuan berat tanah dinamakan kapasitas tukar kation.
Kapasitas tukar kation dinyatakan dengan miliekivalen per 100 g (me/100g). 1 me
= 6,02 x 1020 atom muatan negatif.
6. Sifat Biologi Tanah
a. Organisme tanah sebagai jasad renik atau
jasad mikro mempunyai peranan dalam proses dekomposis, yaitu proses pembusukan
bahan organik yang telah mati, sehingga bahan organik sudah berubah menjadi
humus. Organisme tanah makro melakukan proses pelapukan dengan cara
memecah-mecah bahan organik menjadi serpihan-serpihan kecil dan sebagian hewan
tanah memakan bahan organik dan kemudian mengeluarkannya dalam bentuk kotoran
(ekskresi/sekresi) demikian juga hewan-hewanlain , sehingga di atas permukaan
tanah terjadi timbunan bahan organik yang telah lapuk ataupun yang sedang
dilapuk. Keberadaan organisme akan mempengaruhi sifat-sifat tanh, seperti pH,
struktur, permeabilitas, perkolasi dan daya genggam air
b. Cacing tanah merupakan organisme tanah
yang sangat berperan dalam produktivitas tanah (kesuburan), sebab cacing
melakukan proses metabolisme menggunakan
serasah dalam tanah kemudian mengeluarkan kotorannya (ekskresi/sekresi)
yang sudah halus di permukaan tanah atas. Sehingga terjadi proses
pencampuran horison dan pembentuk pori
makro yang memperlancar aerasi udara dalam tanah.
c. Tumbuhan tanah
(1) Algae, sebagian besar algae tanah
mempunyai klorofil, sehingga hidup dekat dengan permukaan tanah, tetapi ada juga
yang hidup dengan memperoleh bahan organik pada lapisan tanah dalam
(2) Fungi, berperan dalam perubahan susunan
tanah dan dapat dikelompokan menjadi ragi, kapang danjamur.
(3) Aktinomisetes, adalah jasad mikro yang
banyak dijumpai pada tanah dengan kadar humus tinggi, seperti padang rumput.
Aktinomisetes berperan dalam pelapukan bahan organik dan pembebasan unsur hara.
(4) Bakteri, merupakan jasad bersel satu,
sederhana dan terkecil.bakteri sangat berperan dalam tanah karena (a) bakteri
turutserta dalam perubahan bahan organik, (b) bakteri memegang monopoli dalam
reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi, oksidasi bakteri dan fiksasi nitrogen.
7. Sifat Tanah Lain
a. Karatan, pada penentuan warna tanah
terdapat warna bercak yang warnanya berbeda, misalnya bercak merah tua,
kekuningan, hitam dan merah kekuningan, bercak ini disebut karatan. Karatan
disebabkan karena terjadi draenase yang jelek (penggenangan) yang bergantian
sehingga terjadi reaksi redoks.
b. Konkresi, berbagai bentuk dan warna yang
merupakan pengerasan dan akumulasi setempat secara konsentris dari berbagai
senyawa. Pada umumnya akumulasi besi, mangan dan kapur. Konkresi dapat terjadi
karena karatan.
c. Padas, adalah horison tanah yang mengeras
dan umumnya sulit ditembus akar, pengerasan terjadi karena pengaruh berat lapisan di atasnya, atau karena
sementasi oleh senyawa besi, silika, bahan organik, kapur dan kombinasinya.
d. Glei, adalah tanah yang berwarna abu-abu
akibat penggenangan, draenase jelek dan permukaan air tanah yang dangkal.
8. Klasifikasi Tanah
a. Tujuan : (1) mempermudah pemahaman
sifat-sifat tanah dan ciri0cirinya dengan cara melakukan asosiasi, seperti
grumusol, maka asosiasinya pada tanah hitam yang lekat bila basah dan keras
bila kering, daya mengembang dan mengkerutnya besar, (2) mempermudah pengkajian
hubungan genetika antara tanah satu dengan tanah lainnya; (3) untuk mempermudah
gambaran ilmiah dalam pengkajian tanah secara menyeluruh.
b. Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah
Bogor:
1) Organosol; tanah organik (gambut) yang
ketebalannay > 50 cm
2) Litosol; tanah mineral yang ketebalannya
20 cm atau kurang, dibawahnya terdapat batuan keras yang padu.
3) Rendzina; tanah dengan epipedon mollik
(warna gelap, kandungan bahan organik > 1%, kejenuhan basa > 50%),
dibawahnya terdapat batuan kapur.
4) Grumusol; tanah dengan kandungan liat
>30% bersifat mengembang bila basah dan mengkerut bila kering, pada musim
kering keras dan retak-retak.
5) Aluvial; tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya
berubah-ubah tidak teratur dengan kedalaman hanya terdapat epipedon oehrik,
histik atau sulfurik. Kandungan pasir <60%.
6) Gleisol; tanah yang selalu jenuh air
sehingga berwarna abu-abu atau menunjukan sifat-sifat hidromorfik lain.
7) Regosol; tanah bertekstur kasar dengan
kandungan pasir >60%, hanya mempunyai horison penciri oehrik, histik atau
sulfurik.
8) Arenosol; tanah bertekstur kasar dari
bahan albik yang terdapat pada kedalaman
sekurang-kurangnya 50cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip
horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstir
terlalu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon oehrik.
9) Andosol; tanah umumnya berwarna hitam
(epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik, banyak mengandung
bahan amorf atau >60% terdiri dari
abu vulkanik atau bahan piroklastik lain.
10) Latosol; tanah dengan kandungan liat
>60%, gembur, warna tanah seragam dengan batas horison yang kabur, solum
dalam >150cm, kejenuhan basa <50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan
horison kambik.
11) Brunezem; seperti latosol tetapi kajenuhan
basa >50%
12) Kambisol; tanah dengan horison kambik,
atau epipedon umbrik atau mollik, tidak ada gejala hidromorfik.
13) Nitosol; tanah dengan penimbunan liat
(horison argilik), dari horison penimbunan liat maksimum ke horison di bawahnya
kadar liat turun <20%
14) Podsolik; tanah dengan horison penimbunan
liat, dan kejenuhan basa <50% tidak mempunyai horison albik
15) Mediteren; seperti tanah podsolik
mempunyai horison argilik tetapi kejenuhan basa >50%
16) Planosol; tanah dengan horison albik yang
terletak diatas horison dengan permeabilitas lambat yang memperhatikan
perubahan tekstur nayata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperhatikan
ciri-ciri hidromorfik.
17) Podsol; tanah dengan horison penimbunan
besi, Al-oksida dan bahan organik (spodik), mempunyai horison albik.
18) Oksisol; tanah dengan pelapukan lanjut dan
mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk
rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah
<16 me/100gr liat, batas-batas horison tidak jelas.
|
1) Alfisol; tanah dengan horison illuviasi
liat (argilik) dan mempunyai kejenuhan
basa tinggi >3.5% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah, tidak
memiliki epipedon molik, spodik atau oksik, horison permukaan berwarna kelabu
sampai coklat kemerahan, kadar basa medium sampai tinggi, umumnya tanah
produktif dan banyak dijumpai di indonesia terutama di daerah dengan vegetasi
hutan asli.
2) Aridisol : dijumpai pada daerah beriklim
kering, mempunyai epipedon ochrik, umummnya berwarna merah muda dan rendah
bahan organik, mempunyai horison akumulasi kalsium karbonat (kalsik), gips
(gipsik), atau garam-garam yang larut (salik), di indonesia banyak dijumpai di
Nusa Tenggara Timur.
3) Entisol: tanah dangan horison genetik
alamiah atau dengan horison yang baru dibentuk, tanah berkembang dari aluvium,
tidak ada perkembangan profil
4) Histosol: tanah organik yang terbentuk
pada lingkungan jenuh air, minimal mengandung bahan organik <20% bila kadar
liatnya rendah, dan 30% bila kadar liatnya >50%.
5) Inceptisol: disebut tanah muda tetapi
lebih berkembang dari pada Entisol, mempunyai horison kambik, dijumpai di Pujon
Malang, Nganjuk, Tulungagung, Kalimantan Selatan, Kolaka (Sulawasi Tenggara)
dan Kalimantan Timur
6) Mollisol:
tanah dengan tebal epipedon >18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik >1 %,
kejenuhan basa >50%, horison atas umumnya
mempunyai struktur granuler atau
remah dan tidak keras bila kering,
dijumpai di daerah Gunung Kawi dan beberapa daerah pegunungan lain yang lembab.
7) Oxisol: tanah yang telah mengalami
pelapukan lanjutan dicirikan adanya
horison oksik yang tebal, suatu horison yang umumnya mengandung liat yang
banyak dan didominasi oleh hidroksida besi dan aluminium, karena itu tanah
berwarna kemerahan dengan kandungan liat yang tinggi, tetapai tidak aktif
sehingga kapasitas tukar kation rendah <16 me/ 100 g liat.
8) Spodosol:
tanah mempunyai horison spodik pada horison bawah dengan akumulasi bahan
organik dan oksida aluminium dengan atau tanpa oksida besi, sedang dilapisan
atas berwarna pucat (albik), dijumpai di daerah Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Bangka dan Irian Jaya.
9) Ultisol: tanah yang mengalami hancuran dan
bersifat lebih asam daripada alfisol, tetapi umumnya tidak semasan Spodosol, mempunyai
horison argilik dengan kejenuhan basa <35% umumnya berwarna merah atau
kuning dan banyak dijumpai di daerah lembab dengan vegetasi hutan asli.
10) Vertisol: dicirikan oleh kandungan liat
>30% yang mengembang dan pada musim
kering tanah menjadi retak-retak lebar dan dalam, dijumpai di daerah Cianjur,
Nganjuk, Tuban,dan Pasuruan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar